sekar πŸ’

"Tolong"

Postingan ini diedit 1Β hari yang lalu.

Aku barusan nonton video youtube singkat tentang menerima. Sebenarnya sudah berkali-kali aku memikirkan hal serupa, tapi bukan dalam posisi yang sama.

Sedikit latar belakang, aku anak perempuan pertama. Aku kakak dari lebih dari satu adik laki-laki. Aku tidak punya adik perempuan. Hidupku nomaden, sehingga aku tidak punya kampung halaman dan "sahabat karib" atau best friend atau semacamnya. Aku juga tidak pernah pacaran dan menjalin hubungan semacamnya dalam jangka waktu yang lama. Aku juga masih lajang.

Alias satu-satunya hubungan jangka panjang yang aku punya adalah dengan diriku sendiri. Selain itu, adalah dengan keluarga intiku.

Dari situ, aku kira seharusnya semua orang terdekatku (dan diriku sendiri) paham kenapa aku belum pernah mengatakan "tolong" untuk hal-hal yang aku tahu sangat berat untukku. Aku terlalu belum pernah menerima untuk meminta.

Bukan salah lingkunganku.

Setiap ada kesempatan, orang tuaku selalu menceritakan bagaimana saat aku masih kecil selalu menolak ketika akan diberi sesuatu oleh orang lain. Ada teman Bapak yang sangat suka melihatku, aku diberi sekantong plastik besar makanan ringan, aku menggeleng. Setiap lebaran, Bapak dan Ibu selalu kesulitan memaksaku menerima angpau. Beberapa kali saat aku sudah dewasa dan berkesempatan main ke rumah teman, aku menolak suguhan yang disajikan. Berkali-kali aku menolak untuk diajak pergi main dan diantarkan pulang oleh kenalan laki-laki. Paling parah adalah aku merasa tidak enak naik ojol dari rumahku yang ada di pedesaan ini ke kota. Padahal aku pasti bayar ojolnya, aku juga tahu kalau ojol di desa mungkin juga akan lebih senang berangkat narik ke kota dengan membawa penumpang.

Aku tidak ingat sejak kapan aku selalu menolak dan merasa harus bisa semuanya sendiri.

Aku hanya ingat kalau aku tidak mungkin bisa bertanya setiap ada PR ke Bapak atau Ibu. Tidak mungkin aku tanya ke adikku. Aku hanya ingat kalau aku merasa tidak enak kalau aku merepotkan mereka dengan harus membuat minum dan membeli bermacam cemilan untukku. Aku hanya ingat kalau aku merasa tidak enak kalau aku harus merepotkan ojol yang ingin paginya tenang tanpa notifikasi harus narik penumpang dari pelosok desa.

Nyatanya, aku mengecewakan semua orang.

Aku tidak tahu kalau Bapak dan Ibu begitu senang ketika adikku bertanya bagaimana caranya menulis tegak bersambung. Aku tidak tahu kalau suguhan yang sudah aku usahakan sedemikian rupa akan menyisakan kesedihan saat tamuku pergi tanpa menyentuh apapun. Aku sama sekali tidak memperhitungkan betapa beruntungnya seorang ojol yang bisa langsung dapat penumpang di menit dia menghidupkan aplikasinya.

Aku dulu tidak tahu kalau aku membantu orang lain dengan menerima.

Seakan-akan aku peduli dengan semua orang. Padahal aku hanya memberikan luka tanpa kusadari.

Aku masih belajar menerima. Jadi,

tolong dimaklumi.

|

#refleksi