Aku Belum Tahu Bagaimana Caranya Memulai
Hal yang menjadi tantanganku selama ini adalah memulai.
Aku tahu apa yang akan aku lakukan saat sudah berlari. Aku bahkan sudah menyiapkan mental untuk menang begitupun untuk kalah. Aku sudah menyiapkan tempat minum untuk aku gunakan sebagai pelepas dahaga saat berlari. Aku bahkan sudah mencari rute alternatif kalau-kalau aku tersesat saat berlari.
Tapi aku tidak pernah tahu bagaimana caranya mulai berlari.
Haruskah aku jongkok untuk start? Haruskah aku menunggu bunyi pistol untuk bisa berlari? Haruskah aku melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum semuanya dimulai? Haruskah aku tahu tentang kesehatanku terlebih dahulu sebelum berlari? Haruskah aku punya rival untuk berlari? Haruskah aku mulai dengan kaki kiri dan tangan kanan? Atau sebaliknya?
Aku benar-benar tidak punya gambaran bagaimana cara mulai berlari.
Kamu mungkin tidak peduli tentang hal ini, tapi aku juga benar-benar tidak tahu bagaimana caranya memulai segalanya denganmu. Kita benar-benar nol besar.
Haruskah aku menyapamu terlebih dahulu? Haruskah aku menunggumu menyapaku? Haruskah aku menggodamu terlebih dahulu? Haruskah aku menjadi cantik terlebih dahulu? Haruskah aku memiliki sesuatu yang lebih untuk bisa berdiri di depanmu? Haruskah aku menjadi orang lain terlebih dahulu?
Haruskah aku tidak memulai denganmu?
Kamu tidak mungkin sadar akan hal ini, tapi aku benar-benar bertanya bagaimana aku bisa memulai menatap matamu untuk membicarakan sesuatu. Bahkan hanya tentang "Apa kabarmu?" saja aku butuh waktu satu tahun untuk memikirkannya. Itupun belum keluar dari kepalaku.
Namun saat ini tidak menjadi masalah karena kita sering bertemu di kepalaku.
Setidaknya, aku bisa tahu kalau kamu baik-baik saja di kepalaku.
12 Juni 2020