sekar πŸ’

Matinya Tukang Dongeng: Bacaan Iseng Sekali Duduk

Postingan ini diedit 1Β minggu, 3Β hari yang lalu.

Matinya Tukang Dongeng oleh Soni Farid Maulana, diterbitkan oleh BASABASI pada Februari 2020.

Buku ini aku baca dengan meminjam di perpustakan daerahku. Aku mengambil buku tipis ini karena tertarik dengan sampul dan judulnya. Kuhabiskan sekitar tiga menit untuk membaca blurb dan bagian pertamanya, lalu memutuskan untuk membawanya pulang. Tebalnya kurang dari seratus halaman dan berisi beberapa cerpen yang lumayan pendek untuk ukuranku. Rencananya akan aku habiskan dalam satu hari saja buku ini.

Dua hari berselang, aku beneran baca buku ini sampai habis saat hujan deras ditemani petir kemarin sore. Cerpen utamanya yang menjadi judul buku ini, sama sekali tidak membekas di aku. Begitupun cerpen-cerpen lainnya.

Tidak ada cerita yang membekas buatku dari buku ini.

Menurutku, banyak pesan moral yang disampaikan terlalu lugas di cerita-cerita ini. Mungkin kalau aku baca buku ini saat masih remaja, aku akan sangat suka. Sayangnya, aku sekarang sedang sangat suka dengan cerita yang menyembunyikan pesan moral sedalam mungkin sampai mumet sendiri mencari pesan apa yang ingin disampaikan penulis. Sebenarnya tentang selera saja yang berbeda.

Tapi aku menikmati momen membaca buku ini. Karena sangat ringan dan tidak perlu berpusing-pusing memikirkan apapun untuk mencerna cerita-cerita didalamnya.

Sayang yang kedua adalah tiga menit pertama aku bertemu buku ini sangat berharap cerita-cerita lainnya akan mengritik dongeng-dongeng yang familiar. Romantik Agoni, Tafsir Merah Marun, dan Sangkuriang Dini Hari adalah tiga cerpen yang berbeda yang menyinggung cerita Sangkuriang dan Dayang Sumbi. Tapi dari ketiga cerita tersebut, nada yang aku terima adalah:

Tidak apa mencintai Ibumu sendiri sebagai seorang perempuan. Kejarlah cintamu sampai dapat.

Kurang lebih begitu. Dan...... aku kurang suka.

Mungkin nada itu harusnya berbeda dari apa yang penulis inginkan. Tapi sebagai pembaca, itu yang aku dapatkan.

Beberapa cerita lain menyentuh mistik dan proses mengobati penyakit mistik dengan kepercayaan Islam. Jujur diantara semua cerpen disini, tema ini yang malah jadi tempat istirahat. Koak Gagak dan Gagak Sial, keduanya bercerita tentang proses menyembuhkan jampi-jampi dengan doa dan ikhtiar serta kepercayaan kepada Allah SWT. Menurutku cerpen-cerpen itu yang paling ringan.

Api Berkobar di Tubuhku dan Matinya Tukang Dongeng sama-sama sedikit banyak menyentuh sejarah Indonesia dan represi politik. Sisanya adalah cerita tentang kematian dan bagaimana yang hidup dipengaruhi oleh yang mati.

Sebenarnya nyaris semua cerita di buku ini menyentuh tentang kematian.

Biasanya kalau sedang bahagia, aku secara sadar dan/atau tidak sadar memilih bacaan yang menyinggung tentang kematian. Mungkin kali ini aku sedang bahagia hehehe

Bacaan selanjutnya adalah Diary of A Void dan aku sedang berusaha menyelesaikan buku audio Nudge.

|

#log #read