sekar πŸ’

Tolong Ajari Aku Bicara

Melihat orang-orang (dan robot) di sosmed berinteraksi, ada rasa iri. Entah apa semua orang diusiaku juga begini, tapi aku merasa kesepian. Aku bahkan nyaris lupa kapan terakhir kali punya inside jokes dengan orang lain. Bahkan aku sampai takut menyebut orang yang kukenal sebagai teman. Apa mereka juga menyebutku teman? Apa mereka setuju kusebut sebagai teman? Apakah semua ini tulus aku dan dia jalani? Dan banyak pertanyaan lain.

Aku tahu aku bodoh. Tapi kadang kebodohanku sama sekali tidak aku sadari sampai beberapa tahun kedepan. Aku juga masih terjebak di masa-masa bodoh yang lalu. Ternyata benar apa yang orang-orang dari masa laluku katakan, "Kamu masih sama seperti dulu, ya." Karena aku memang masih bodoh dan membodohi diri sendiri.

Aku ingin berubah. Tapi entah apa yang perlu aku ubah. Entah dari mana aku harus berubah.

Selama ini perubahanku selalu sama: potong rambut, berganti status dari siswa ke mahasiswa, dan berganti seragam. Kali ini, entah bagaimana caranya aku berubah. Aku sudah menjadi manusia dewasa,

tapi berubah dari lajang menjadi istri orang rasanya masih menakutkan untuk saat ini

tapi berubah dari anak menjadi Ibu seorang anak rasanya masih terlalu berat untukku saat ini

tapi haruskah aku mengubah statusku?

Jujur, rasanya masih nyaman menjadi seorang perempuan dewasa yang berjalan-jalan sendirian. Lebih jujur lagi, aku merasa baru memulai hidup, jadi apa yang perlu diubah ketika aku masih memulai? Atau justru karena masih dekat dengan titik awal, ada begini banyak hal yang perlu aku ubah?

Tapi, perlukah berubah untuk bersuara?

Perlukah aku menjadi orang lain untuk bicara?

Mungkin, aku bisa jadi diriku yang sebenarnya,

yang tidak akan berhenti bermain sampai aku menang

yang asal mengucapkan apapun yang ada di kepala

yang berlaku bodoh karena benar-benar bodoh

yang bisa mengundang tawa orang paling sedih sekalipun hanya dengan ngupil

yang berteman hanya dengan orang-orang tanpa teman

yang hobinya berdiam diri membaca buku di pojok perpustakaan reot

yang lebih suka berjalan sambil mengabsen pagar rumah orang

yang berdiam dan mengamati orang lain

yang tidak peduli apa kata orang meskipun hanya pakai popok kain dan kaos singlet sambil menenteng ubi untuk bekal main

yang berani menulis hal paling gila dan menunjukkannya ke dunia.

Mungkin, selama ini aku memang bukan diriku sendiri. Aku berusaha sekeras mungkin untuk menjadi seorang anak perempuan yang kalem, pintar, sopan, dan selalu mengalah. Karena aku tahu aku tidak akan diterima dunia kalau sudah tidak cantik, begajulan, bodoh, blak-blakan, dan maunya menang sendiri. Aku perlu menyesuaikan dengan dunia kalau ingin menjadi manusia.

Sayangnya, ternyata, sialnya, manusia itu tidak hidup. Manusia yang aku impikan dahulu itu, hanya tidak mati saja. Dia tidak pernah hidup. Manusia itu hanyalah hasil dari cetakan menyeramkan dunia yang dibentuk entah oleh siapa. Entah untuk apa, manusia itu memang tidak boleh hidup. Dia hanya boleh tidak mati.

#refleksi